Keanekaragaman Jenis dan Distribusi Mamalia di KHDTK Getas Ngandong
Penelitian
SILVOPASTURA
Tegakan Acacia Auriculiformis
Peatland Rewetting: A Nature-Based Solution to Mitigate Climate Change
Species Diversity and the Utilization of Medicinal Plants by the Indigenous Community of the Toraja Tribe in South Sulawesi
PREFERENCES OF AGROFORESTRY FARMERS AND LOCAL GOVERNMENT FOR CLIMATE CHANGE ADAPTATION STRATEGIES
Evidence From Sumbawa District, West Nusa Tenggara, Indonesia
UTILIZATION OF BIOSLURRY AND INOCULATION OF Rhizobium leucaenae AS BIOFERTILIZER FOR LAMTORO (Leucaena leucocephala) SEED BALL PRODUCTION
Wanagama merupakan hutan pendidikan yang dikelola oleh Fakultas Kehutanan UGM. Wanagama terletak dalam wilayah Kecamatan Playen dan Patuk Gunung Kidul. Peneliti Fakultas Kehutanan, Dwiko Budi Permadi, Ph.D., berhasil mengembangkan madu Wanagama sebagai alternatif penghidupan warga sekitar. bersama Dwiko Budi Permadi, Ph.D., mari mengenal lebih dekat madu wanagama.
Pada awal pengembangannya, Wanagama merupakan lahan marginal yang sangat tandus, sehingga sering diistilahkan sebagai “Batu Bettanah”, bukan lagi Tanah Berbatu. Keberhasilan rehabilitasi lahan kritis di Wanagama, yang telah dimulai sejak tahun 1964 hingga saat ini, telah membuahkan berbagai hasil yang sangat bermanfaat bagi kehidupan; salah satu yang paling bermakna adalah munculnya tujuh mata air di Wanagama. Mata air ini tidak pernah kering, bahkan di musim kemarau, dan menjadi sumber penghidupan bagi masyarakat desa-desa di sekitarnya. Hingga saat ini, kegiatan rehabilitasi di Wanagama masih terus berjalan, dan makin banyak perhatian diberikan untuk dapat mempertahankan keberadaan sumber-sumber air di Wanagama.
Sejarah hutan Gunungsewu dari masa ke masa yang dihasilkan dalam penelitian tersebut menjadi inspirasi bagi upaya pemulihan ekosistem di Suaka Margasatwa Paliyan yang terletak di kawasan karst Gunungsewu. Informasi tentang jenis-jenis asli (native spesies) Gunungsewu digunakan dalam upaya restorasi ekosistem di SM Paliyan dan menunjukkan hasil yang baik. Struktur hutan mulai tebentuk, peningkatan keanekaragaman satwa sebagai bukti hutan yang baik dapat dimonitor.
Ketika suatu kawasan ditunjuk dan ditetapkan menjadi kawasan konservasi seperti taman nasional, perdebatan yang mengemuka adalah terbatasnya akses pemanfaatan sumberdaya alam yang ada di dalam kawasan tersebut. Masyarakat sekitar yang pada umumnya memiliki ketergantungan terhadap kawasan dianggap menjadi pihak paling dirugikan. Pandangan tersebut memang tidak salah tetapi juga tidak sepenuhnya benar. Video dokumenter ini ingin menyajikan cara pandang tentang relasi masyarakat dengan kawasan konservasi yang lebih rasional dengan cara menyajikan nilai ekonomi Taman Nasional Gunung Merapi bagi masyarakat sekitar. Ngangsu (mengambil air) dan Mugut (mengambil pakan ternak) adalah aktifitas masyarakat sekitar Taman Nasional Gunung Merapi yang difasilitasi dalam bentuk ijin pemanfaatan dan kemitraan konservasi.